Jumat, 29 Agustus 2014



Metamorphic rocks in thin section
Mostly those not seen previously for igneous rocks

Contents
Image scales (field width)
20x = 6 mm
40x = 3 mm
100x = 1 mm
200x = 0.5 mm
400x = 0.25 mm
1000x = 0.1 mm


Andalusite in a muscovite-biotite schist. Note the diamond-shaped inclusion cloud to the bottom left, which is the center of the crystal, and the inclusion trails that radiate from the corners of the diamond. This is known a "chiastolite cross". Note the small garnet just to the below the diamond. Two {110} cleavages intersecting at approximately right angles are visible. Andalusite has lower relief than the other Al-silicates.

Plane polarized light, 20x

NEIGC84-C5-2


Andalusite in a muscovite-biotite schist. Note the isotropic garnet, and the inclusion-rich area at the top-right. Birefringence is first order white to pale yellow, much like quartz and feldspars but with higher relief and very different habit (even when not big, blocky crystals).
 
Cross polarized light, 20x

NEIGC84-C5-2


Kyanite in a muscovite-biotite schist. The four kyanite crystals are colorless, have high relief, and two have a strong cleavage parallel to their length. Relief is much higher than muscovite, which surrounds the kyanite.
 
Plane polarized light, 40x

TMW96-C4b


Kyanite in a muscovite-biotite schist. The kyanite crystals are have interference colors up to upper 1st order, much lower than the surrounding muscovite. Most sections yield slightly inclined extinction, as expected from its triclinic symmetry.
 
Cross polarized light, 40x

TMW96-C4b


Sillimanite fibers (variety fibrolite) in a biotite-andalusite-muscovite schist. Sillimanite is colorless, has relief much higher than muscovite. In medium-grade rocks sillimanite is typically in this fibrous variety. Sillimanite fibers can be included in many minerals, and can survive retrograde metamorphism in garnet and quartz.
 
Plane polarized light, 200x

JBT2-XA


Sillimanite fibers (variety fibrolite) in a biotite-andalusite-muscovite schist. Sillimanite has birefringence up to 2nd order blue, somewhat higher than kyanite and much higher than andalusite. Extinction is parallel as required by its orthorhombic symmetry. These fibers are so thin they scarcely have any birefringence.
 
Cross polarized light, 200x

JBT2-XA


Sillimanite prisms in a biotite-garnet-cordierite schist. This granulite facies schist has very coarse sillimanite prisms which can be seen in long section and in their diamond-shaped cross sections.
 
Plane polarized light, 40x

WE-1


Sillimanite prisms in a biotite-garnet-cordierite schist. The lower second order blue birefringence can be seen in the longitudinal sections.
 
Cross polarized light, 40x

WE-1


Rabu, 16 April 2014

Laporan Petrografi II



BAB II
BATUAN BEKU

2.1. Tinjauan Umum Batuan Beku
Batuan beku adalah merupakan kumpulan (agregate) mineral-mineral silikat dari hasil penghabluran magma yang mendingin (W.T. Huang, 1962). Proses pembekuan tersebut merupakan perubahan fase cair menjadi padat.
Proses pembekuan magma sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal yang akan tercermin dari tekstur dan struktur primer pada batuan.
Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :
v  Mineral felsik : adalah mineral-mineral yang memiliki warna yang cerah. dan tersusun atas silika dan aluminium. Mineral tersebut antara lain  kwarsa, plagioklas, orthoklas, muskovit.
v  Mineral mafik : adalah mineral-mineral yang memiliki warna yang gelap, tersusun atas unsur besi, magnesium, kalsium, misalnya olivine, piroksin, hornblende, biotit, dll.

Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral mafik pada umumnya mengkristal pada suhu yang relatif tinggi dibandingkan dengan mineral felsik.
Magma adalah larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mobile dengan temperatur 900oC – 1600oC dari dasar kerak bumi atau dari selubung bumi atas bagian atas. Pembekuan magma dapat terjadi di dekat atau di permukaan yang selanjutnya akan membentuk batuan beku vulkanik dan ada yang membeku di antara batuan beku vulkanik dan plutonik yang disebut sebagai batuan beku hipobisal atau batuan beku gang atau porfiri. Magma terdiri dari unsur O, Si, Al, Fe, Mg, Na, Ca, K, senyawa berupa H2O, CO2 dan gas berupa H2S, HCl, CH4, dan CO.
  
Tabel 2.1. Hubungan antara jenis magma dengan viskositas dan temperatur.
Jenis Magma
Komposisi
Kimia

Temperatur

Viskositas
Kandungan
Gas

Basaltik
45-55% SiO2, Tinggi akan Fe, Mg, Ca, rendah  K, Na

1000o – 1200o C

10 – 103 PaS

Rendah

Andesitik
55 – 65% SiO2 Kandungan Fe,Mg, Ca, K dan Na sedang

800o – 1000o C

103 – 105 PaS

Sedang


Rhyolitik
65 – 75% SiO2, rendah akan Mg,Ca dan tinggi akan K, Na.


650o – 800o C


105 – 109 PaS


Tinggi
Penggolongan batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu :
Ø  Berdasarkan genesa batuannya
Ø  Berdasarkan senyawa kimia yang terkandung
Ø  Berdasarkan komposisi mineralnya

Berdasrkan genesa atau tempat terjadinya batuan beku dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu:
§  Batuan Ekstrusi (Vulkanik)
Batuan ini terdiri dari material yang dikeluarkan ke permukaan bumi baik di daratan maupun di bawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat atau suatu larutan yang kental dan panas disebut larva.
§  Batuan Intrusi (Plutonik)
Proses pembentukan ini sangat berbeda dengan proses pembentukaqn batuan ekstrusi, dimana batuan ini sifatnya menerobos batuan yang telah terbentuk sebelumnya. Ada tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar dari geometri, yaitu:
Ø  Batuan tidak beraturan, pada umumnya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di permukaan (batolit dan stock).
Ø  Intrusi bentuk tabular, mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu yang mempunyai bentuk diskordan (dike) dan yang berbentuk konkordan (sill dan lakolit).
Ø  Intrusi yang memiliki tubuh yang kecil, bentuk yang khas dari grup ini adalah intrusi silinder atau pipa. Sebagian besar dari sisa korok gunung api (volcanic rock)
§  Batuan Beku Gang (Hipobisal)
Batuan ini terbentuk diatara batuan plutonikdan vulkanik, disebut juga dengan istilah batuan beku gang atau hipobisal.

2.2. Tekstur Batuan Beku
Pengertian tekstur pada batuan beku mengacu kepada kenampakan butir mineral didalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, granularitas dan hubungan antar butir (fabrik).
Tekstur adalah kenampakkan atau ciri batuan yang berkaitan dengan hubungan antara komponen batuan baik yang kristalin maupun non kristalin dan dapat mencerminkan cara terdapatnya ataupun cara pembentukan batuan. Hal tersebut dikarenakan tekstur batuan beku menunjukkan derajat kristalisasi, ukuran butir atau granularitas, dan fabrik (kemas).
Ø  Derajat Kristalisasi (Degree of Crystallinity).
Derajat kristalisasi mencerminkan keadaan proporsi antara komponen kristalin dengan non kristalin (amorf) massa gelas dalam batuan beku, yang dibedakan atas :
§  Holokristalin,
Apabila batuan tersebut terdiri dari massa kristal seluruhnya. Kristal biasanya berupa granular, mikrolit yaitu kristal yang berukuran halus yang berbentuk tabular maupun prismatik dan bersifat anisotrof, serta berupa kristalin, yaitu kristal yang berukuran sangat halus yang berbentuk sperikel, seperti rambut atau tongkat dan bersifat anisotrof.
§  Hipokristalin
Apabila batuan disusun oleh massa gelas dan massa kristal, hal ini disebut juga dengan istilah metokristalin.
§  Holohialin
Apabila batuan tersebut disusun oleh massa gelas seluruhnya.

Ø  Ukuran Butir (Granularitas)
Ukuran butir dalam batuan beku dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun dengan menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal 2 (dua) kelompok ukuran butir, yaitu :
§  Fanerik
Dikatakan fanerik apabila batuan mempunyai ukuran butir kristalnya kasar (dapat dilihat dengan jelas), dengan ketentuan
-          Fanerik sangat kasar, bila diameter berukuran > 3 cm.
-          Fanerik kasar, bila diameter berukuran 5 mm – 3 cm.
-          Fanerik sedang, bila diameter berukuran 1 mm – 5 mm.
-          Fanerik halus, bila diameter berukuran < 1 mm.
§  Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan kasat mata. Batuan dengan tekstur afanitik dapat disusun atas massa kristal, massa gelas, ataupun keduanya. Selain itu juga dikenal istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal atau dilihat dengan menggunakan mikroskop, sedangkan apabila kristal individu dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop, maka disebut dengan kriptokristalin.

Granulitas dipengaruhi oleh komposisi kimia magma, dalam hal ini akan mempengaruhi viskositas, kecepatan pendinginan, dan kedalaman sebagai fungsi dari tekanan. Magma dengan viskositas rendah di bawah tekanan tinggi kristalnya akan tumbuh dengan baik, sebaliknya untuk magma tekanan rendah viskositas tinggi serta dekat dengan permukaan, dalam hal ini batuan holokristalin dengan ukuran butir sedang – kasar merupakan ciri untuk batuan plutonik sedangkan untuk batuan kristalin halus, afanitik, dengan gelas terbentuk akibat pendinginan yang cepat dengan viskositas magma yang tinggi.
Ø  Fabrik (Kemas)
Merupakan tekstur yang memperlihatkan hubungan geometri antara bentuk dan proporsi butir-butir penyusun batuan. Secara individu bentuk butir mineral dibedakan atas :
§  Euhedral, bila mineral dibatasai oleh bidang atau bentuk kristal yang sempurna.
§  Subhedral, bila mineral dibatasi oleh sebagian bidang atau bentuk kristalnya.
§  Anhedral, bila mineral tidak dibatasi oleh bidang atau bentuk kristalnya.
Gambar 2.1. Bentuk butir mineral

Sedangkan fabrik (kemas) dibedakan atas :
§  Equigranular, bila batuan disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatif seragam, dibedakan atas:
o   Panidiamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk euhedral dan ukuran butir relatif seragam.
o   Hipidiamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk sub hedral dan ukuran butir relatif seragam.
o   Allotriamorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk anhedral dan ukuran butir relatif seragam.
§  Inequigranular, bila mineral disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatif tidak seragam, seperti:
o   Porfiritik, bila kristal atau mineral yang berukuran besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar (matrik) kristal-kristal yang berukuran lebih kecil.
o   Vitrofirik, seperti tekstur porfiritik tetapi masa dasarnya berupa gelas.
Gambar 2.2. Kemas Batuan Beku.

2.3. Tekstur Khusus Batuan Beku
            Selain tekstur umum,dalam pengamatan secara mikroskopis akan dapat dengan mudah diamati adanya tekstur-tekstur khusus dalam batuan beku, seperti tekstur tumbuh bersama antara dua mineral (intergrowth), tekstur aliran maupun tekstur khusus lainnya.


       2.3.1. Tekstur Intergrowth (Tekstur Tumbuh Berasama)
Ø  Ofitik, tumbuh bersama antara plagioklas dengan piroksin, dimana plagioklas terbentuk lebih dahulu, kemudian tumbuh bersama dengan piroksin (kristal piroksin lebih besar dari plagioklas).
Ø  Sub-ofitik, tekstur ofitik, dimana plagioklas dan piroksin berukuran sama besar.
Ø  Diabasik, tekstur ofitik, dimana piroksin tidak terlihat jelas dan plagioklas membentuk radier terhadap piroksin.
Ø  Hialoofitik, tekstur ofitik dalam massa dasar gelas.
Ø  Intergranular, tekstur dimana butiran mineral – mineral mafik (olivin, piroksin) berada diantara mineral-mineral plagioklas yang memanjang dengan arah yang tidak teratur (random)
Ø  Intersental, seperti tekstur intergranular, tetapi bagian-bagian (ruang) antar mineral-mineral plagioklas ditempati oleh mineral gelas atau oleh mineral-mineral sekunder, seperti klorit, serpentin, kalsit, dll.
Ø  Grafik, tumbuh bersama antara mineral kuarsa dengan K-Feldspar pada titik eutektik dimana kuarsa berbentuk runcing (angular) dengan letak tidak teratur.
Ø  Granofitik, tumbuh bersama antara kuarsa dan K-Feldspar tidak pada titik eutektik tetapi pada proses replacement. Kuarsa terbentuk anhedral dan tidak teratur memperlihatkan kontinuitas warna (bias rangkap), misalnya memperlihatkan BF kuning keseluruhan.
Ø  Mirmekitik, tekstur tumbuh bersama antara kuarsa dengan plagioklas asam, dimana kuarsa membentuk menjari atau seperti jaring yang membentuk radial terhadap palgioklas asam (kuarsa seperti inklusi di dalam plagioklas asam). Ciri lain pemadaman kuarsa akan serentak pada saat meja diputar.
Ø Pertit, tekstur tumbuh bersama antara K-Feldspar (mikroklin & orthoklas) dengan plagioklas asam oleh proses inmixing atau exolution (pemisahan terjadi karena penurunan teperatur). K-Feldspar tumbuh lebih besar dan plagioklas asam biasa tumbuh teratur pada bidang belah K-Feldspar.
Ø Antipertit, seperti tekstur pertit, namun plagioklas asam tumbuh lebih besar.
Gambar 2.3. Tekstur Intergrowth

     2.3.2. Tekstur Aliran
Ø Trakitik, tekstur menunjukkan kesan aliran, dimana fenokris ataupun mikrolit-mikrolit sanidin (K-feldspar) bersama plagioklas menunjukkan pola kesejajaran.
Ø Pilotaksitik, fenokris dan massa dasar plagioklas menunjukkan pensejajaran akibat pengaliran.
Ø Hialopilitik, mikrolit-mikrolit plagioklas dijumpai bersama-sama dengan arah tidak teratur dalam massa dasar gelas.

     2.3.3. Tekstur Khusus Lain
Ø Felted tekstur, tekstur dimana massa dasar terdiri dari mikrolit-mikrolit yang tidak beraturan.
Ø Felsoferik, tektur dimana massa dasar terdiri dari intergrowth antara kuarsa dengan feldspar.
Ø Corona atau Reaction Rim atau Kelfitik Rim, tekstur dimana mineral asal (pertama terbentuk) dikelilingi atau dilingkupi oleh mineral yang terbentuk berikutnya. Terjadi pada proses magmatik atau oleh proses metamorfosa derajat rendah.
Ø Ravakivi, tektur dimana K-Feldspar dilingkupi oleh plagioklas asam (oligoklas).
Ø Poikilitik, tekstur dimana terdapat inklusi-inklusi mineral secara random dalam satu mineral besar.
Ø Glamero pofiritik, tekstur ditunjukkan oleh adanya fenokris - fenokris sejenis yang mengumpul dan tertanam dalam massa dasar.
Ø  Kumolo porfiritik, tekstur yang ditunjukkan oleh mengumpulnya fenokris-fenokris yang tidak sejenis.

(a)


 

(b)

 

(c)
Gambar 2.4. Tekstur Khusus Lain (a). Corona, (b). Reaction Rim, (c). Exsolution


2.4. Klasifikasi Batuan Beku
Banyak para ahli mengklasifikasikan batuan beku,ada yang mengklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya (Rosen Busch) yang dibedakan menjadi :
v  Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang membeku dipermukaan
v  Batuan beku kerok atau hipobisal, yaitu batuan beku yang membeku diantara batuan beku efusif dan batuan beku plutonik.
v  Batuan beku plutonik, yaitu batuan beku yang membeku di bawah permukaan.

Tetapi klasifikasi batuan beku secara umum dibedakan secara kimiawi dan mineralogi. Penggolongan batuan beku berdasarkan hal tersebut telah banyak dikemukakan oleh para penulis-penulis terdahulu. Sebagai contoh, dalam praktikum petrologi secara umum batuan beku dipisahkan berdasarkan komposisi kimianya (kandungan SiO2) yang dibedakan atas batuan beku ultrabasa, batuan beku basa, batuan beku intermedier, dan batuan beku asam.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kesamaan komposisi mineralogi dan kimia dikemukakan oleh WEELS dan DALY yang dikenal dengan nama “CLAN CONCEPT”, klasifikasi ini tidak mempersoalkan apakah mereka terbentuk pada permukaan atau pada kedalaman bumi, juga tanpa mempersoalkan apa teksturnya dan apakah berasal dari proses magmatik atau metasomatic. Suatu clan dari batuan-batuan dibatasi oleh persamaan komposisinya, dalam perbedaan setiap clan akan ditentukan berdasarkan tekstur antara komposisi-komposisi batuan yang berbutir halus dan kelompok batuan yang berbutir kasar. Sebagian besar batuan-batuan yang membentuk kelompok (family) yang demikian adalah batuan vulkanik dan batuan plutonik. Berdasarkan klan yang dimilikinya setiap batuan yang berbutir kasar akan diberi klan yang sama.
Didasarkan pada kesamaan komposisi mineral dan tekstur, batuan beku dibagi atas lima kerabat (clan), yaitu : Kerabat batuan Ultramafik dan Lamprofir, Kerabat batuan Gabro Kalk Alkali, Kerabat batuan Gabro Alkali, Kerabat batuan Diorit Monzonit Syenit, Kerabat batuan Granodiorit Adamelit dan Granit.

Tabel 2.2. Ciri – Ciri Kerabat Batuan
        Kerabat

Parameter
Ultramafik dan Lamprofir
Gabro Alkali
Gabro Kalk Alkali
Diorit Mozonit Syenit
Granodiorit Adamelit Granit
Indeks warna
Kwarsa
Plagioklas

Mineralogy
>70
-
An 70

Olivin, Piroksin, Hrb, Plg basa


40 – 70
-
An 50 – 70

Olivin, Piroksin, Hrb, Plg basa
KF < 10 %
40 – 70
-
An 50 – 70

Olivin, Piroksin
KF > 10 %
Hrb, Plg basa
10 – 40
<10 %
An 30–50

Olivin, Px, Hrb, Plg, Biotit, Kwarsa KF< 10 %
10
>10 %
< An 30

Biotit, Kwarsa, Muskovit, KF >> plg, asam
Tekstur
Khusus

Ofitik, Subofitik, Poiklitik, Corona, Kellipitik rim, Intergranular, Intersertal, Afirik, Pilotaksitik
Trakhitik
pilotaks
Grafik
Mirmekitik
Granofirik
Pertit
Anti pertit


     2.4.1. Kerabat Batuan Ultramafik dan Lamprofir
 Sebagian besar batuan ultramafik atau juga disebut ultrabasa mengandung silika lebih kecil dari 45 %. Batuan ini mempunyai indeks warna yang lebih besar dari 70. batuan ini tidak mengandung feldspar atau kurang dari 10 %, batuan ini banyak ditemukan pada bagian bawah dari sill tebal, aliran-aliran lapolik dimana semakin keatas berangsur kebatuan basa. Kejadian pada posisi demikian merupakan gejala akhir dari pembentukan kristal sebelumnya. Batuan ultramafik lainnya kemungkinan berasal dari diferensiasi kristal dan beberapa diantaranya dihasilkan oleh alterasi metasomatik sebelumnya. 
Variasi Batuan  
1. Tipe Berbutir Halus
 
  1. Picrit dan Ankaramit
Pada picrit ultramafik mengandung olivin antara setengah sampai tiga perempat bagian dari seluruh volume batuan, persentase Ca-Plagioklas berkisar antara 10 – 25 %. Jenis piroksen yang terdapat pada picrit yang berasosiasi dengan batuan kalk alkali basalt dan diabas adalah augit, pigeonit yang bercampur dengan sedikit hornblende pada picrit yang berasosiasi dengan alkali basalt dan diabas biasanya mengandung piroksen dari jenis titanugit dan paling banyak dari jenis negirin augit. Amfibol yang terdapat adalah barkevit atau arvecson. Kadang kala pada alkali picrit dijumpai variasi sedikit kalium feldspar. Sisa-sisa yang dibentuk oleh olivin yang terbanyak berupa fenokris labradorit atau biotit, bijih besi, apatit, karbonat deuterik dan kadang kala sedikit felspar serta gelas.
b.      Limburgit
Biasa berbentuk aliran, dike, sill, plug (sumbat lava) dan selalu berasosisasi dengan batuan alkali basa terutama adalsit, basanit dan monchiquit, kebanyakan berwarna gelap kaya akan gelas, felspar tetapi sedikit plagioklas atau nefelin atau kedua-duanya.
Jenis yang kaya Felspatoid antara lain :
Ø  Kutunggit
Kutunggit adalah kelilitit yang kaya akan melillitik dan miskin piroksin. Kandungan silikanya rata-rata 35 % yang menjadikan batuan ini merupakan salah satu lava yang sangat basa. Mengandung kalium lebih banyak dari pada natrium. Fenokris melilit serta olivin secara bersamaan membentuk dua pertiga dari masa batuan. Apatit, provskit dan magnetit titan besi melimpah sedangkan biotit, kalliofilit, leusit dan nefelin berjumlah sedikit.

Ø  Ugandit
Ugandit adalah leusitit olivin melanokratik tinggi namun kekurangan melilit. Terdiri dari olivin dengan sejumlah augit, leusit, provskit mineral bijih dan biotit didalam masa dasar gelas hitam.
Ø  Maduptit
 Maduptit dari leucit hills, Hyoming juga merupakan leusitit yang kaya akan gelas, hampir separuhnya merupakan diopsid sekitar seperlimanya phlogofit dan sepersepuluhnya adalah provskit, apatit dan mineral bijih, leusit jarang atua tidak hadir. Kaya akan K dan Ni.
Ø  Mafurit
Berbentuk aliran serta bongkah, bersifat kurang asam dengan kandungan K lebih tinggi daripada ugandit, kalsilit, mineral jarangnya adalah polimorf KAlSiO4 yang menjadi penyusun utama dalam masa dasar gelas.
Ø  Melilit dan Nefelinit
 Batuan-batuan ini umumnya kekurangan plagioklas, dari sini nama asalnya “basalt melilit” dan “basalt nefelin”, diantaranya ada yang mengandung silika cukup banyak dan memiliki indeks warna cukup rendah sehingga berubah menjadi kerabat alkali gabro. Nefelinit tersusun oleh nefelin dan augit serta kekurangan mineral melilit, dengan masa dasar nefelin, olivin yang terserpentinasikan dan biotit.
2. Tipe Berbutir Kasar
a.      Dunit.
Batuan ini hampir seluruhnya terdiri dari olivin, pada umumnya berbentuk sill tetapi ditemukan juga sebagai lensa-lensa paralel dan pipa-pipa menyilang berpotongan. Kromit dan pikotit sangat utama dalam dunit. Selain itu dalam dunit kaya akan magnetit, ilmenit, dan pyrkolit dan berbagai kumpulan platina alam, spinel hijau, enstatit dan diallag sangat jarang dan sedikit.

b.      Peridotit
Penyusun utama adalah dunit dan olivin dan mengandung beberapa mineral mafik lain dalam jumlah banyak dan perubahan jenis menunjukkan sebagian besar mengandung mineral mafik ini. Berdasarkan dari kandungan mineral piroksennya peridotit dibedakan menjadi beberapa variasi, yaitu : Wherklite yang mengandung   olivin dan dialage (px) dengan perbandingan 3 : 1, mineral tambahannya enstatite, hornblende, pikotite dan chromit dalam jumlah kecil. Harzburgite terdiri dari mineral olivin dan ortho piroksen (enstatite, bronzite atau hiprestine), mineral tambahan  chromite, besi, diopsid dan diallage. Lherzolite adalah pertengahan antara wherlit dan harzburgit mengandung diallag dan orthopiroksen dijumpai dalam jumlah yang seimbang. Jenis peridotit yang lain adalah :
·         Peridotit Hornblende, ciri – cirinya : hornblende hadir berukuran besar, hasil ubahan deuritik piroksen dan olivine, tekstur poilitik (olivin dan pyroksen menginklusi hornblende), Mineral lain yang hadir flogopit, magnetit, pirotit, spinel, apatit dan plagioklas kalsik.
·         Peridotit Mika (Kimberlit), sering berasosiasi dengan endapan intan, Kimberlite hasil ubahan dari mineral melilit olivin dan alonit, shand kimberlit adalah breksi yang kaya akan xenolit dalam masa dasar dalam campuran serpentin, karbonat, olivin, piroksen, garnet, ilemenit, biotit, cromit.
c.       Serpentinit
Sill yang sangat besar yang tersusun oleh serpentnit ditemukan dibeberapa sabuk orogen, dimana batuan ini mengintrusi sedimen geosinklial dan beasosiasi dengan aliran-aliran dan sill spilit. Dominan tersusun oleh mineral serpentinit hasil serpentinisasi oleh olivin dan piroksen. Umumnya hasil ubahan dari dunit atau peridotit, olivin terubah menjadi serpentinit membentuk tekstur mesh (jala), piroksen (enstatit) terubah menjadi serpentinit membentuk tekstur bastit.


d.      Piroksinit
Adalah batuan beku yang dominan disusun oleh piroksen (90 %), mineral lain hornblende, biotite dan plagioklas (sedikit), umumnya bertekstur kasar,  allotriomorfik granular, garnet, spinel, opak, apatit, olivin, mineral sulfida, cromit, klinopiroksinit sangat jarang dijumpai dibandingkan orthopiroksen. Variasi dari piroksin, yaitu :
a)      Piroksinit biotit, dimana biotit hadir (50 %) dengan asosiasi mineral lainnya augit, aktinolit, opak, dan apatit.
b)      Piroksinit hornblende dimana augit hadir 60 % dan hornblende 30 % dengan mineral lainnya pirit, spinel, apatit dan anortit.
c)      Diopsidit, dominan disusun oleh piroksen jenis diopsit.
d)     Websterit, mineral ortopiroksin dan klinopiroksin hadir dalam jumlah yang sama dan tumbuh bersama.
e)      Piroksinit yang kaya akan feldspartoid seperti unchompagrite turjait dan okait (dominan foid yang hadir melilit), sedangkan melteigite, jacupiringte dan missaurite (foid yang hadir adalah nefelin dan leucit).

     2.4.2. Kerabat Batuan Gabro Kalk Alkali
 Batuan beku ini mempunyai komposisi terutama terdiri dari plagioklas yang lebih basa Ab1An1 sehingga mempunyai indeks warna lebih besar dari 40. mengandung mineral augit, hipersten, dan olivine yang merupakan mineral mafik yang khas dalam batuan ini. Beberapa dari batuan ini mengandung kwarsa atau alkali feldspar atau keduanya, tetapi tidak satupun yang mengandung lebih dari 10 % alkali feldspar. 
Variasi Batuan
1. Berbutir Halus
  1. Basal dan Diabas
Umumnya basalt merupakan batuan yang berbutir halus dan diabas merupakan batuan yang berbutir sedang. Tekstur holohialin sampai holokristalin. Perubahan komposisi yang secara keseluruhan terdiri dari gelas terutama dijumpai dibagian tepi intrusi-intrusi dangkal karena pendinginan secara cepat, dalam inti-inti aliran lava dan dalam lava-lava yang mendingin secara cepat karena mengalir kedalam air atau dibawah es. Tekstur-tekstur porfiritik tersebar luas baik dalam batuan basalt maupun diabas dan fenokris-fenokrisnya mungkin terdiri dari olivine, piroksen atau feldspar.

  1. Olivin Basalt dan Olivin Diabas
Olivin basalt, tekstur poforitik, fenokris berbentuk zoning, berupa Olivin dan plagioklas (An50 – An80). Masa dasar plagioklas (An50 – An80), olivin, klinopiroksen (pigeonit – augit).
Olivin Diabas, secara mineralogi dan teksturnya batuan ini tidak berbeda dengan batuan olivine basalt, terdapat dalam sills dan dike yang tebal biasanya berukuran butir lebih besar daripada yang terdapat dilava-lava. Adanya tekstur ophitic dan poikilitik.

  1. Thoelitic Basalt dan Thoelitic Diabas
Thoelitic Basalt, batuan ini tersusun oleh labradorit, klinopiroksen dan bijih besi, umumnya terdapat diantara basalt-basalt diantara jalur orogenesa. Olivine biasanya tidak dijumpai, biasanya terdapat dekat dengan dasar aliran lava.
Thoelitic Diabas, umumnya merupakan batuan aluminous, saturated, sedikit oversaturated dengan silica, tetapi dekat dengan dasar sills yang tebal, batuan ini dapat meningkat menjadi batuan diabas yang kaya akan olivine. Mempunyai tekstur intergranular yang halus maupun intersal.
2. Berbutir Kasar
   Pada sebagian besar batuan gabro, yang berbutir kasar dan yang berbutir medium, mikro gabro, mineral utamanya adalah plagioklas yang lebih casic dari Ab1An1 mineral mafik yang hadir adalah augit, hipersten dan olivine. Jarang mengandung hornblende dan biotit, mempunyai indeks warna yang berkisar dari 40 – 70, sedangkan sebagian besar batuan diorite mempunyai indeks warna sekitar 10-40, untuk batuan yang mendekati indeks warna 40 komposisi dari plagioklas dapat digunakan dalam penentuan nama batuan itu.
   Normal gabro, bila komposisi terutama terdiri dari labradorit dan augit atau diallage. Norite, batuan gabro dimana mineral hiperstennya lebih banyak dari pada mineral klinopiroksinnya. Dan bila suatu batuan dimana kedua macam mineral piroksen terdapat tetapi mineral plagioklasnya lebih calsik dari labradorit disebut eucrite. Dengan penambahan pada kandungan olivinnya, maka batuan ini dapat meningkat menjadi olivine gabro, olivine norit, dan olivine eucrit. Perubahan selanjutnya akan meningkat menjadi Troctolit yang komposisinya hampir semuanya terdiri dari olivine dan labradorit atau bitownit, dan akan meningkat menjadi allivalite, dipihak lain batuan piroksen gabro menjadi batuan anorthosit dengan pengurangan indeks warnanya menjadi 10.

     2.4.3. Kerabat Batuan Gabro Alkali
Batuan beku jenis ini kaya akan alkali dan miskin akan silica. Beberapa batuan ini dengan penambahan indeks warna lebih dari 70 dapat menigkat menjadi anggota kelompok batuan ultra mafic. Mempunyai tekstur  porfiritik, intergranular, ofitik, intersal, poiklitik, trakhitik, feldspar atau felspatoid hadir lebih besar dari  10 %, mineral mafik yang terdapat pada batuan ini, yaitu : olivine, piroksen (pigeonit – augit, hipersten – augit).

Variasi Batuan
1. Tekstur halus
a.                  Tracybasalt
   Sebagian besar batuan tracybasalt berasosiasi erat dengan batuan trachite dan phonolit atau dengan batuan olivine basalt dan oligoklas basalt. Mineral mafik yang umum olivine dan augit yang lain hornblende dan biotit (kadang), felspar potasik >10% (ortho, sanidin), terdapat dalam masa dasar atau melingkupi plagioklas.

b.      Spilit
Intrusi-intrusi spilitic diabas dan aliran-aliran lava bantal spilitic basalt tersebar luas dan tebal diantara batuan-batuan yang terbentuk dalam geosinklin-geosinklin dan banyak yang disertai dengan sill-sill serpentin dan lava-lava karatofir. Batuan ini mempunyai tekstur intergranular, porfiritik, basalt yang dicirikan oleh felsfar sodium melimpah, umumnya banyak mengandung mineral sekunder hasil ubahan yaitu klorit, kalsit, dan epidot, mineral mafik utama piroksen berubah menjadi klorit dan aktinolit, olivine jarang. Adanya mineral clorit, calsic dan aktinolit menunjukkan efek-efek penembusan dari larutan-larutan deuteric.

c.       Basanit dan Tephrite
Mengandung mineral plagioklas, dimana mineral ini menempati lebih dari 10 % volumenya. Batuan tephrite baik yang mengandung olivin maupun sedikit mineral olivine. Sedangkan basanit mengandung mineral olivin dalam jumlah yang tertentu meskipun jarang tak dijumpai piroksen. Batuan-batuan dengan komposisi yang sama, tetapi mengandung gelas yang kaya akan soda sebagai ganti mineral feldspathoidnya, disebut “Basanitoids”.

d.      Nephelinit dan Leucicates
Batuan ini merupakan lava-lava, intrusi-intrusi dangkal. Batuan ini cukup kaya akan mineral-minerak gelap, mempunyai tekstur forfiritik, intergranular, bagian dari tekstur halus klan gabro alkali dengan felsfarnya < 10 %, Nefelinit : utama nefelin, Leusinit yang mengandung olivine. Pada batuan nepheline sebagian besar fenokris-fenokrisnya ialah nepheline, dan diopside atau titanoferous augite.
2. Tekstur Kasar
a.      Sutallenit
Batuan ini mempunyai ukuran butir sama dengan batuan tracybasalt yaitu sedang sampai kasar. Batuan ini dibedakan dari batuan monzonit dengan banyaknya mineral olivin, indeks warna lebih dari 60 dan persentase silikonnya lebih rendah.

b.      Takanite
Batuan ini membentuk suatu kelompok yang heteronius yang khusus. Mengandung cukup sedikit silica dan cukup kaya akan mineral mafik untuk memasukkan kedalam kelompok alkali gabro. Mineralnya yang khas adalah orthoklas atau sanidin.

c.       Malignit
Batuan malignit dijumpai diantara batuan-batuan alkali. Dimana augit sebagai mineral mafiknya yang paling dominan disertai dengan banyak sekali mineral hastingsite yang kaya akan besi dan mineral mikroklin yang menggantikan mineral plagioklas, mempunyai tekstur forfiritik dan mineral yang khas adalah aegerin – augit (50%).

d.      Shonkinit
Plagioklas tidak hadir tetapi mineral orthoklas atau sanidin hadir (20-25 %), mineral lain sedikit seperti nefelin, leucit, apatit.

e.       Kentalonit
Mempunyai ukuran butir menengah sampai kasar, plagioklas & orthoklas hadir relatif seimbang, mineral lain seperti opak dan apatit.

     2.4.4. Kerabat Batuan Diorit Monzonit Syenit
 Batuan ini digolongkan kedalam batuan intermedier sebab persentase silikanya 52 sampai 66 %. mempunyai indeks warna 10 – 40, tidak mengandung kwarsa atau kwarsa <10 %, secara umum dicirikan dengan melimpahnya plagioklas An 30 – 50 (oligoklas, andesin), mineral mafik yang ada pada batuan ini : hornblende, piroksin, biotit, mineral penyerta : apatit, zirkon, dicirikan dengan hadirnya feldspatoid, variasi kerabatnya atau jenis batuannya dipisahkan berdsasarkan kehadiran Feldspatoid dan rasio atau perbandingan antara  K – feldspar dengan total feldspar, mempunyai tekstur khusus trakhitik, pilotaksitik.

Tabel 2.3. Klasifikasi kerabat Diorit Monzonit Syenit berdasarkan rasio KF dengan TF dan kehadiran mineral felspatoid
Tekstur
KF <1/3 FT
1/3FT<KF<FT
KF > 2/3 FT
Felspatoid
Halus
Andesit
Traciandesit
Trakhit
Fonolit

Kasar

Diorit

Monzonit

Syenit
Felspatoid syenit

Variasi Batuan
1. Tekstur Halus
a.      Andesit
Kebanyakan andesit adalah batuan porfiritik dengan masa dasar pilotaxitic atau bylopitic. Walaupun banyak yang vitrophyritic. Intergranular, intersal dan tekstur ophytic. Mineral mafic yang dominan adalah olivine, hypersten, augit, hornblende dan biotit andesit. Mineral felsic yang dominan adalah plagioklas An40­. banyak andesit mempunyai komposisi campuran antara kwarsa dan alkali feldspar. Andesit ini dapat dibedakan menjadi andesit mengandung olivine, piroxene andesit, hornblende andesit dan andesit biotit.

b.      Traciandesit (latit)
Batuan ini adalah batuan volcanic berukuran halus hypabisal. Mempunyai penyebaran yang luas dan komposisi kwarsa lebih besar dari 10 %, komposisi meneralnya hampir sama dengan andesit. Mineral mafik yang hadir umumnya hornblende hadir > pirokssen.

c.       Trakhit.
Secara kimia dapat kelewat jenuh (hadir kwarsa) dan tidak jenuh silika (hadir feldspatoid). Pada trakhit potash soda albit atau anorthoklas lebih banyak dan kebanyakan mineral mafic yang kaya akan soda. Semua trachy adalah porfiritik, dengan fenokris feldspar dan sedikit fenokris mafik pada matriks komposisi utama sub paralel mikrolit feldspar. Variasi trakhit lain berdasarkan kehadiran mineral mafiknya. Seperti trakhit olivine, trakhit hornblende, trakhit biotit. Trakhit feldspatoid bila kandungan feldpatoidnya lebih besar dari 10 % dan trakhit kwarsa bila kandungan kwarsanya lebih dari 10 %.

d.      Fonolit
Ini merupakan trakhit undersaturated dengan feldpatoid yang dikandung lebih besar dari 10 %. Yang dapat dipisahkan dalam bentuk umum atau soda. Phonolit dan subordinat potash atau leucit, phonolites.

2. Tekstur Kasar
a.      Diorite
Diorit merupakan batuan yang berbutir sedang dan batuan yang berbutir kasar yang mengandung oligoklas atau andesine, dala felspar dasar dan hornblende dan biotit merupakan mineral mafik yang utama. Mempunyai tekstur equigranular dan terkadang porfiritik. Diorit ini mempunyai variasi yaitu bila kwarsa hadir lebih besar dari 10 % maka disebut diorit kwarsa dan bila mineral oligoklas, biotit dan kwarsa yang dominan, maka disebut trandjenit tetapi K-F tidak hadir.
Gambar 2.5. contoh batuan Quartz-Diorit

b.      Monzonit
Monzonit berada pada posisi intermediate antara syenit dan diorit, karena itu kadang-kadang menunjukkan seperti syenodiorit. Kwarsa hadir dalam jumlah yang sedikit (lebih kecil dari 10 %), mempunyai indeks warna 30 – 40 bila kwarsa bertambah maka monzonit akan berubah menjadi adamelit, bila mineral mafiknya berubah atau meningkat maka monzonit berubah menjadi kentallinit. Mempunyai tekstur equigranular dengan tekstur khusus pikilitik, pertit, antipertit, mirmiketik.

c.       Syenit
Berbutir menengah sampai kasar, alkali feldspar lebih besar 2 atau 3 total feldspar, kwarsa hadir lebih kecil dari 10 %, indeks warna dibawah 40. Variasinya adalah alkali syenit dan alkali lime syenit atau ortho syenit. Alkali syenit biasanya berasosiasi dengan granit atau dengan batuan plutonik feldspatoid, alkali lime syenit biasanya berkelompok dengan monzonit, seperti pada batas tepi facies granit.
Gambar 2.6. Batuan Syenit Di Bawah Mikroskop


d.      Syenit Feldspatoid 
Feldspatoid syenit kaya akan feldspatoid. Feldspatoid yang umumnya melimpah adalah nepheline, analcite, sodalite, dan nosean. Dan ditunjukkan oleh hadirnya beberapa type dari albit, soda orthoklas, perthite, anorthoklas, dan juga mineral mafik seperti aegerine aegite, aegerite, arfvedsonite dan berkevikite. Terdapatnya olivine tetapi  piroksen tidak hadir.

     2.4.5. Kerabat Batuan Granodiorit, Adamelit dan Granit
 Klan ini termasuk kedalam batuan beku asam, walaupun ada sebagian ada yang mempunyai komposisi intermediate keseluruhan persentase mineral kwarsa yang terkandung didalamnya melebihi 10 %. Dan kandungan dari alkali feldspar sebanyak 1 atau 8 lebih kecil dari jumlah 1 atau 3 kandungan feldspar. Mempunyai indeks warna lebih kecil dari 10, hadir plagioklas asam An < 30 atau An < 20. biasanya hadir tekstur khusus grafik, mirmeketik, granofirik, pertit, antipertit.

Tabel 2.4 Klasifikasi kerabat Granit Granodiorit Adamelit berdasarkan rasio antara KF dan TF
Tekstur
1/8FT <KF<1/3 FT
1/3 FT<KF<2/3 FT
KF >2/3 FT
Halus
Dasit
Riodasit
Riolit
Kasar
Granodiorit
Adamelit
Granit

Variasi Batuan
1. Tekstur Halus
a.      Dasit
Dasit adalah granodiorit yang mempunyai ukuran butir halus, meskipun batas antara dasit dan andesit sedikit lebih tinggi kadar silikanya dari pada antara granodiorit dan diorit. Kebanyakan dasit mengandung fenokris, plagioklas, kwarsa, orthoklas atau sanidin, dan pada umumnya sedikit piroksen, hornblende atau biotit. Masa dasar biasanya gelas. Kwarsa hadir lebih besar dari 10 %, sering dijumpai tekstur embayment pada mineral kwarsa dan feldspar yaitu proses korosi pada larutan sisa.
b.      Rhyodasit
Pada hakekatnya rhyodasit disamakan dengan “quartza latite” adanya variasi kandungan gelas tidak dapat untuk membedakan dengan rhyolit. Atau kecuali dengan dasit. Kandungan gelasnya dapat dibedakan secara analisa kimia atau pengukuran secara refraksi kristal atau holokristalin dari rhyodasit dapat dibedakan dengan decipe sebab pada umumnya kandungan potash feldsparnya lebih banyak dan fenokris dari plagioklasnya pada umumnya lebih sodik. Batuan ini dapat dibedakan dari kandungan mineral mafiknya yang dominan hadir adalah hornblende, biotit dan dapat juga piroksen.

c.       Rhyolit
Rhyolit dapat dibagi menjadi tipe potas dan soda, pada mulanya mineral mafik yang utama biasanya biotit dan akhirnya menjadi kaya akan soda amfibol atau piroksen atau keduanya. Mengandung kwarsa lebih besar dari 10 %.

2. Tekstur Kasar
a.      Granodiorit
Granodiorit kebanyakan penyusun batholit, dimana kwarsa hadir lebih besar dari 10 %, mineral mafik yang utama adalah piroksen dan hornblende, mungkin augit bias hadir dalam jumlah banyak kristal plagioklas dalam granodiorit umumnya berbentuk euhedral atau subhedral kecuali orthoklas sangat jarang. Tekstur khusus yang biasa hadir inequigranular, equigranular atau pegmatite.

b.      Adamelit
Komposisi kwarsa pada adamelit lebih besar dari 10 %, hadir plagioklas asam yang umumnya oligoklas, mempunyai tekstur hipidiamorfik granular, sering dijumpai tekstur khusus granofirik dan grafik, mineral mafik yang utama adalah hornblende dan biotit.


c.       Granit
Kebanyakan dari batuan granit bertekstur hipidiamorfik granular, mineral-mineral mafik dan plagioklas condong membentuk euhedral, jenis plagioklas yang hadir adalah albit-oligoklas, mineral penyerta yang hadir topaz, flourit, tourmalin, tekstur khusus yang dijumpai granopirik dan grafik, tetapi ada sebagian granit yang mempunyai tekstur nebular berbentuk seperti telur, panjangnya sampai beberapa inci. Kebanyakan membentuk kulit yang konsentris bergantian antara yang kaya akan mineral gelap dan terang. Bila mineral hornblende hadir lebih besar dari 10 % disebut hornblende granit. Gejala lain dalam granit adalah basic segration, dimana magma asam kontak sehingga mafik mineral mengumpul atau mengelompok (tidak merata) dalam grafik. 

Gambar 2.7. Granit Di Bawah Mikroskop